BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.
Sebagai hasil dari
pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam pandangan dan
aliran yang berbeda-beda. Pandangan-pandangan filosuf itu ada kalanya saling
menguatkan dan ada juga yang saling berlawanan. Hal ini antara lain disebabkan
oleh pendekatan yang mereka pakai juga berbeda-beda walaupun untuk objek dan
masalah yang sama. Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka kesimpulan yang
didapat juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat tersebut juga terjadi
dalam pemikiran filsafat pendidikan, sehingga muncul aliran-aliran filsafat
pendidikan.
Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan. Ada beberapa aliran filsafat pendidikan, dan yang akan Penulis
uraikan di sini adalah filsafat pendidikan progresivisme. Dalam pandangannya
progresivisme berpendapat tidak ada teorirealita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyela. tidak pernah sampai pada
yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang
terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai
yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi
taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah
kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimanakah konsep aliran filsafat pendidikan progesivisme?
2. Siapa sajakah Tokoh-tokoh aliran filsafat pendidikan progesivisme?
3. Apa Implikasi aliran filsafat progesivisme terhadap pendidik dalam
pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP ALIRAN FILSAFAT PROGRESIVISME.
Ø SEJARAH DAN LATAR BELAKANG
MUNCULNYA .
Progesifisme
bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri
sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1918. Selama 20 tahunnan merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika
Serikat. Banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerkan ini, karena guru telah
mempelajari dan memahami filsafat Dewey, sebagai reaksi terhadap filsafat
lainnya. Kaum progresif sendiri mengkritik filsafat Dewey. Perubahan masyarakat
yang dilontarkan oleh Dewey adalah perubahan secara evolusi, sedangkan kaum
progesif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai
tujuan[1]. Aliran
progesivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan berpusat pada anak
(chil centered) bukan hanya fokus pada guru atau kurikulum[2].
Gerakan progesif terkenal luas karena karena reaksinya terhadap
formaline dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin
keras belajar pasif, dan banyak hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam
pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena dengan imbauannya kepada
guru-guru. “kami mengharapkan perubahan, serta kemajuan yang lebih cepat
setelah perang dunia pertama”. Banyak guru yang mendukungnya, sebab gerakan
pendidikan progesifisme merupakan semacam kendaraan mutahhir, untuk digelarkan[3].
Biasanya aliran progesifisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup
liberal “The liberal road to culture”. yang dimaksudkan dengan ini ialah
pandangan hidup yang mempunyi sifat-sifat berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak
menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), corious (ingin
mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open-minded (mempunyai hati
terbuka)[4].
Ø Pendidikan Menurut Aliran Progesivisme.
Aliran
progesifisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesifisme dalam semua
realita kehidupan, dengan tujuan agar manusia dapat bertahan menghadapi semua
tantangan hidup. Aliran ini dinamai pula sebagai aliran intrumentalisme, karena
aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelgensi manusia sebaga alat untuk
hidup, untuk kesejahteraan, dan untuk mengembangkan kepribadian manusia. Selain
itu, aliran ini juga dinamai ekprementalisme, karena aliran ini menyadari dan
memraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Selanjutnya
aliran ini juga dinamai environmentalisme, karena aliran ini menganggap
lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian.
Menurut aliran progesivisme, suatu keterangan itu baru dapat
dikatakan benar jika sesuai dengan realitas, atau suatu keterangan akan
dikatakan benar kalau sesuai dengan kenyataan. Dengan pandangan yang demikian
itu, aliran progesifisme tercatat sebagai pelopor yang membawa kemajuan, dalam
bidang kehidupan maupun dalam bidang ilmu pengetahuan, karena setiap ilmu yang
dikembangkan oleh aliran ini selalu dikaitkan manfaatnya untuk kemajuan
manusia. Aliran ini mencoba mengembangkan ilmu biologi (ilmu hayat), dan ilmu
ini manusia diharapkan dapat mengetahui semua masalah kehidupan. Mereka juga
mengembangkan antropologi sebagai alat untuk mendapatkan pengalaman hidup,
penciptaan budaya dan mencapai hal-hal baru. Selanjutnya, mereka mengembangkan
psikologi, dan dengan ilmu inilah manusia akan berfikir tentang dirinya
sendiri, lingkungan, pengalaman, sifat-sifat alam, serta dapat menguasai, dan
mengatur alam. Dengan berbagai kemampuan yang dicapai tersebut maka manusia
akan mencapai kemajuan[5].
Ø Strategi Pogesif.
Filsafat
progesif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak
benar dimasa mendatang. Karenanya, cara terbaik mempersiapkan para siswa untuk
suatu masa depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka mengatasi tantangan-tantangan
baru dalam kehidupan untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada saat
ini. Melalui analisis diri dan refleksi yang berkelanjutan, individu dapat
mengientifikasi nilai-nilai yang tepat dalam waktu yang dekat.[6]
Orang-orang
progesif merasa bahwa kehidupan itu berkembang dalam suatu arah positif dan
bahwa umat manusia, muda maupu tua, baik dan dapat dipercaya untuk bertindak
dalam minat-minat terbaik mereka sendiri. Berkenaan dengan ini, para pendidik
(ahli pendidikan) yang memiliki suatu orientasi progesif memberi kepada siswa
sejumlah kebebasan dalam menentukan pengalaman-pengalaman sekolah mereka.
Sekalipun demikian, pendidikan progesif tidak berarti bahwa para guru tidak
memberi struktur atau para siswa bebas melaksanakan apapun yang mereka
inginkan. Guru-guru progesif menilai dengan posisi dimana keberadaaan seorang
siswa dan, melalui interaksi keseharian di kelas, mengarahkan siswa untuk
melihat bahwa mata pelajaran yang akan dipelajari dapat meningkatkan kehidupan
mereka[7].
Ø Ciri- ciri.
Aliran
ini mempunyai konsep yang mempercayai manusia sebagai subyek yang memiliki
kemampuan dalam menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya, mempunyai kemampuan
untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang akan mengancam manusia itu sendiri.
Pendidikan
dianggap mampu mengubah dan menyelamatkan manusia demi masa depan. Tujuan
pendidikan selalu diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus
dan bersifat progresif. Sedangkan sifat negatifnya adalah aliran ini kurang
menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoritas dan absolute dalam segala
bentuk seperti terdapat dalam agama, moral,
politik, dan ilmu pengetahuan[8].
B. TOKOH-TOKOH FILSAFAT PROGESIVISME.
·
William James (11 Januari 1842 - 26
Agustus. 1910).
Ia lahir di New York pada tanggal 11
januari 1842 dan meninggal pada tanggal 26 Agustus 1910 di Choruroa, New
Hemshire. Selain sebagai seorang psikolog, ia juga sebagai filosof Amerika yang
sangat terkenal. Paham, ajaran, dan kepribadiannya sangat berpengaruh di berbagai negara Eropa dan Amerika, selain
sebagai penulis yang sangat brilian, dosen, dan penceramah dibidang filsafat,
ia juga dikenal sebagai pendiri aliran pragmatisme. James berkeyakinan bahwa
otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksitensi organik, harus mempunyai
fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dia menegaskan agar fungsi otak
atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu
pengetahuan alam[9].
James
berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi
organik, barns mempunyai fungsi biologic dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia
menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari
mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk
membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar
ilmu perilaku[10].
·
John Dewey (1859 - 1952).
Ia lahir pada tanggal 20 Oktober
1859 di Burlington, Vermon, dan meninggal pada tanggal 1 Januari 1952 di New
York. Ia juga tercatat sebagai salah seorang pendiri filsafat pragmatisme. Ide
filsafatnya yang utama berkisar pada problema pendidikan yang konkret, baik
teorinmaupun praktik. Reputasi internasionalnya terletak pada sumbangan
pemikirannya dalam bidang filsafatpendidikan progesifisme di Amerika. Dewey
juga tidak hanya berpengrauh di kalangan ahli filsafat profesional, tetapi juga
karena perkembangan idenya yang fundamental dalam bidang ekonomi, hukum,
antropologi, teori politik, dan ilmu jiwa. selain itu, ia juga tercatat sebagai
juru bicara tentang cara-cara kehidupan demokratis yang sangat terkenal di Amerika
Serikat[11].
Teori Dewey
tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekakan pada anak
didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah
"Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School".
Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum
jelas[12].
·
Hans Vaihinger (1852-1933).
Hans
Vaihinger berpendapat bahwa tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian
dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir
ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian
di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian
itu berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu
saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
C.
IMPLIKASI ALIRAN PROGESIVISME TERHADAP PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN.
Menurut
progesivisme proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan
sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga
atau daya-daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Dari segi
sosiologis, pendidik harus mengetahui ke mana tenaga-tenaga itu harus
dibimbingnya[13].
Guru
dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat pada anak, mempunyai
peranan-peranan sebagai berikut:
· Fasilitator, atau orang yang menyediakan dirinya untuk memberikan
jalan bagi kelancaran proses belajar sendiri siswa.
· Motifator, atau orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk
terus giat belajar sendiri menggunakan semua alat dirinya.
· Konselor, atau orang yang dapat membantu siswa menemukan dan
mengatasi sendiri masalah-masalah yang telah dihadapi setiap siswa dalam
kegiatan belajar sendiri.
Guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang katakteristik
siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada
anak, agar dapat melaksanakan peranan-peranan yang baik.[14]
Peranan
guru adalah membimbing siswa-siswa dalam dalam kegiatan pemecahan masalah dan
kegiatan proyek. Mungkin akan banyak guru yang kurang senang terhadap peran
ini, karena didasarkan atas suatu anggapan bahwa siswa mampu berpikir dan
mengadakan penjelajahan teradap kebutuhan dan minat sendiri.
Guru
harus menolong siswa dalam menentukan dan memilih masalah-masalah yang
bermakna, menemukan sumber-sumber data yang relevan, menafsirkan dan menilai
akurasi data, serta merumuskan kesimpulan. Guru harus mampu mengenali siswa,
terutama pada saat apakah dia memerlukan bantuan khusus dalam suatu kegiatan,
sehingga ia dapat meneruskan penelitiannya. Guru dituntun untuk sabar,
fleksibel, berfikir interdisipliner, kreatif dan cerdas.[15]
Dalam
prinsip-prinsip pendidikan peranan guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk
kepada siswa. Kebutuhan dan minat siswa akan menentukan apa yang mereka
pelajari. Anak harus diizinkan untuk merencanakan perkembangan diri sendiri,
dan guru harus membimbing kegiatan belajar[16].
BAB III
KESIMPULAN
Ø KONSEP ALIRAN FILSAFAT PROGESIVISME.
Aliran progesivisme didasarkan pada
keyakinan bahwa pendidikan berpusat pada anak (chil centered) bukan hanya fokus
pada guru atau kurikulum.
Aliran ini mempunyai konsep yang
mempercayai manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan dalam menghadapi
dunia dan lingkungan hidupnya, mempunyai kemampuan untuk mengatasi dan
memecahkan masalah yang akan mengancam manusia itu sendiri.
Ø TOKOH-TOKOH FILSAFAT PROGESIVISME.
·
William James (11 Januari 1842 - 26
Agustus. 1910).
·
John Dewey (1859 - 1952).
·
Hans Vaihinger (1852-1933).
Ø IMPLIKASI ALIRAN PROGESIVISME
TERHADAP PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN.
Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat
pada anak, mempunyai peranan-peranan sebagai berikut:
· Fasilitator, atau orang yang menyediakan dirinya untuk memberikan
jalan bagi kelancaran proses belajar sendiri siswa.
· Motifator, atau orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk
terus giat belajar sendiri menggunakan semua alat dirinya.
· Konselor, atau orang yang dapat membantu siswa menemukan dan
mengatasi sendiri masalah-masalah yang telah dihadapi setiap siswa dalam
kegiatan belajar sendiri.
Guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang katakteristik
siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada
anak, agar dapat melaksanakan peranan-peranan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
As’adi,
Basuki, Ulum, Miftahul, Pengantar Filsafat Pendidikan, Penerbit STAIN PO Press,
2010.
Djumransyah. Filsafat Pendidikaan. Malang: Bayu Media, 2004.
Mudyaharjo,
Redja, PENGANTAR PENDIDIKAN , JAKARTA: PT RajaGrafindo Persada, 2001.
Iman
Sad, Muis, Pendidikan Partisiptif Menimbang konsep fitrah dan Progesivisme Jhon
Dewey, Yogyakarta: Safaria Insania Press.
Muhmidayeli, Filsafat
Pendidikan Islam, Pekanbaru: LSFK2P 2005.
Nata,
Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, Jakarta: RAJAGRAFINDOPERSADA,
2010.
Sadulloh,
Uyoh, Pengantar Pendidikan Islam, Bandung: Alfabeta, 2003.
Zuhairini,
Filsafat Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
[1] Uyoh Sadulloh, Pengantar
Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta, 2003), 141.
[2] Basuki As’adi,
Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan (Penerbit STAIN PO PresS,
2010), 43.
[3] Uyoh Sadulloh,
Ibid, 141-142.
[4] Zuhairini, Filsafat
Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), 20.
[5]Abuddin Nata, Ilmu
Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner (Jakarta: RAJAGRAFINDOPERSADA,
2010), 133-134.
[6] Uyoh Sadulloh, Pengantar
Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta, 2003), 142-143.
[7] Ibid,
144.
[9]Abuddin Nata, Ibid,
135.
[10] Muhmidayeli. Filsafat Pendidikan Islam. ( Pekanbaru:
LSFK2P. 2005), 168.
[11]Abuddin Nata, Ibid,
135.
[12] Muhmidayeli, Ibid, 168.
[13] Muis Sad Iman,
Pendidikan Partisiptif Menimbang konsep fitrah dan Progesivisme Jhon Dewey
(Yogyakarta: Safaria Insania Press), 55.
[14] Redja
Mudyaharjo, PENGANTAR PENDIDIKAN (JAKARTA: PT RajaGrafindo Persada,
2001), 147-148.
[15] Uyoh Sadulloh, Pengantar
Filsafat Pendidikan (BABDUNG: ALFABETA, 2003), 148.
[16] Ibid ,
140.
Semoga bermanfaat.......
BalasHapus