BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Setiap
kegiatan belajar harus diketahui sejauhmana proses belajar tersebut telah
memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu upaya dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan
kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Dalam penilaian
proses dan hasil belajar siswa di sekolah, aspek aspek yang berkenaan
dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal, pengolahan dan interpretasi
data hasil penilaian, analisis butir soal untuk memperoleh kualitas soal yang
memadai,serta pemanfaatan data hasil penilaian sangat berpengaruh terhadap
kualitas lulusan. Oleh karena itu, kemampuan para guru mutlak sangat diperlukan
untuk membantu suksesnya tujuan pendidikan.
Dalam mengevaluasi
pembelajaran, tidaklah lepas dari syarat syarat yang harus ditempuh dalam
kegiatan perencanaan dan penyusunan tes pembelajaran. Tentunya agar ter yang
dihasilkan bermutu dan mampu menambah pengetahuan serta mampu memperdalam
materi yang telah disampaikan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini,
akan kami sajikan syarat daripada perencanaan dan penyusunan tes pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH.
1.
Langkah-langkah
menyusun teknik tes.
2.
Beberapa
bentuk soal objektif.
3.
Beberapa
bentuk soal subjektif.
4.
Kelebihan
dan kekurangan tes bentuk objektif dan subjektif.
5.
Contoh
teknik tes.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN TEKNIK TES.
Ada beberapa macam
rumusan tentang tes. Di dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan,
Drs. Amin Daien Indrakusuma mengatakan demikian: “Tes adalah suatu alat untuk
prosedur yang sistematis dan objek untuk mengolah data-data atau
keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang
dikatakan tepat dan cepat”.
Selanjutnya, di dalam
bukunya: Teknik-Teknik Evaluasi, Muchtar Bukhori mengatakan: “Tes adalah
suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil
pelajaran tertentu pada seorang murud atau kelompok murid”.
Dari kutipan dan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat pengumpul informasi tetapi
jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi
karena penuh dengan batasan-batasan.[1]
Tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan,
misalnya melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban dan sebagainya.[2]
Tes sebagai alat penilaian
adalah pertanyaan pertanyaan yang yang diberikan kepada siswa untuk dijawab
siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau
dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).[3]
Urutan langkah yang dilakukan adalah:
1. menentukan
tujuan pengadaan tes.
2. mengadakan
pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
3. merumuskan
tujuan instruksional khusus dari tiap bagain bahan.
4. Menderetkan
semua TIK dalam table persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung
dalam TIK itu.
5. Menyusun table
spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur beserta
imbangan antara kedua hal tersebut.
6. Menuliskan
butir-butir soal, didasarka atas TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan
aspek tingkah laku yang dicakup.
B. BEBERAPA BENTUK SOAL OBJEKTIF.
Sebagai salah
satu jenis tes hasil belajar, tes objektif dapat dibedakan menjadi lima
golongan, yaitu:
a.
Tes
objektif bentuk benar-salah (true-false test).
Soal-soalnya berupa
pertanyaan-pertanyaan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan
ada yang salah. Orang yang ditanya
bertugas untuk masing-masing pertanyaan itu dengan melingkari huruf B jika
pertanyaan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika
pertanyaanny salah.
Contoh: -B-S.
Tes bentuk objektif banyak memberi peluang testee untuk bermain spekulasi.
b.
Tes
objektif bentuk menjodohkan (matching test).
Matching test dapat kita ganti dengan istilah memperbandingkan, mencocokkan,
memasangkan, atau menjodohkan, matching test terdiri atas satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masingpertanyaan mempunyai jawabannya
yamg tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah: mencari dan menempatkan
jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
Contoh: “pasngkanlah pertanyaan yang
ada pada lalur kiri dengan yang ada di lajur kanan dengan cara menempatkan
huruf yang terdapat dimuka pertanyaan lajur kiri pada titik-titik yang disediyakan di lajur
kanan.”
a.
Transmigrasi...............
|
1.
Masuknya
penduduk dari negara lain.
|
b.
Imigrasi......................
|
2.
Pindahnya
penduduk kenegara lain.
|
c.
Emigrasi.....................
|
3.
Pindahnya
penduduk antar pulau didalam satu negara.[4]
|
c.
Tes
objektif bentuk isian (fill in test).
Tes objektif bentuk fill in (bentuk
isian) ini biasanya berbentuk cerita atau karangan.kata-kata penting dalam
cerita atau karangan itu berbeda dintaranya dikosongkan (tidak di tanyakan),
sedangkan tugas teste adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan itu.
Contoh:
Pengertian pendidikan Islam menurut
Syekh Anwar Jundi ialah........... (1); konsep pendidikan islam tersebut diatas
mengandung pengertian bahwa pendidikan islam itu berlangsung.............(2),
Syekh Anwar Zuhdi selanjutnya merumuskan tujuan pendidikan islam,
yaitu............. (3), sedangkan menurut Syekh Dr. ‘Athiyah al-Abrasyi, tujuan
pendidikan islam itu adalah............(5)[5].
d.
Tes
objektif bentuk melengkapi (completion test).
Tes objektif bentuk completion sering
dikenal dengan istilah tes melengkapi atau menyempurnakan, yaitu salah satu
jenis tes objektif yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Tes
tersebut terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan
(sudah dihapuskan).
2.
Bagian-bagian
yang dihilangkan tersebut diganti dengan titik-titik (..........).
3.
Titik-titik
itu harus di isi atau di lengkapi atau disempurnakan oleh testee, dengan
jawaban (yang oleh tester) telah dihilangkan.
Jadi sebenarnya
tes objektif bentuk completion ini mirip sekali dengan tes objektif bentuk fill
in. Letak perbedaannya ialah, bahwa pada tes objektif bentuk fill in bahan yang
diteskan itu merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes objektif bentuk
completion tidak harus demikian. Dengan kata lain, pada tes objektif bentuk
completionini, butui-butir soal tes dapat saja dibuat berlainan antara yang
satu dengan yang lainnya.
Contoh:
Isilah
titik-titik berikut ini dengan jawaban yang benar dan tepat.
1.
Aliran
Jabariyah terkenal dengan pahamnya......................
2.
Lembaga
keilmuan terkenal dimasa kerajaan Khalifah al-Makmun bernama............
3.
Buku
al- Syifa’ adalah merupakan ensiklopedi tentang..........[6]
e.
Tes
objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice item test).
Multiple choice
item test terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk
melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah
disediakan. atau multiple choice item test terdiri dari atas bagian
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban dan alternatif (option)
terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh
(distractor).
Contoh: kambing dapat digolongkan
sebagai:
a.
Kata
sifat.
b.
Kata
bilangan.
c.
Kata
benda.
d.
Kata
kerja.
Cara menulis
soal diatas adalah lebih baik dari pada jika pilihan jawaban disusun kesamping.
C. BEBERAPA BENTUK TES SUBJEKTIF.
Tes subjektif
pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk asai adalah sejenis tes
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian
kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata yang seperti; uraikan,
jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Soal-soal
berbentuk asai biayasanya jumlahnya tidak banyak, hanya skitar 5-10 buah soal
dalam waktu kira-kira 90 s.d 120 menit. Soal-soal berbentuk esai ini menuntut
kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasi, menghubungkan
pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa
tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan
terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi. Ada dua bentuk tes
subjektif:
1.
Tes
subjektif bentuk uraian (essay test).
a.
Tes
uraian bentuk bebas; adalah jawaban yang dikehendaki muncul dari testee
sepenuhnya diserahkan kepada testee itu sendiri. Testee mempunyai kebebasan
yang seluas-luasnya dalam merumuskan, mengorganisasikan dan menyajikan
jawabannya dalam bentuk uraian.
Contoh:
Allah telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita yang amat banyak,
sehingga kita tak mampu untuk menghitungnya. Oleh karena itu sudah sepatutnya
kita mensyukuru nikmat tersebut kepada Allah SWT. Jelaskan bagaimana cara kita
mensyukuri nikmat Allah itu sesuai dengan ajaran Rasululloh!
b.
Tes
uraian bentuk terbatas; adalah jawaban yang dikehendaki muncul dari testee
adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih terarah (dibatasi).
Contoh:
Dimasa Khulafaur Rasyiddin, tercatat tiga peristiwa peperangan
antara kau muslim menghadapi Romawi. Sebutkan dan jelaskan secara singkat tiga
peristiwa tersebur![7]
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES BENTUK OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF.
1.
Tes
objektif
a.
Kelebihan:
1.
Dapat
digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope yang luas. Pelajaran yang diberikan selama
satu tahun atau dua tahun dapat dites sekaligus.
2.
Bagi
yang dites, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin (karena adanya jawaban yang
tersedia).
3.
Dapat
dinilai secara objektif (artinya, siapapun yang menilainya, hasil atau skornya
sama karena kunci jawaban telah tersedia).
4.
Memaksa
siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat spekulasi terhadap
bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus dipelajari.
b.
Kelemahannya:
1.
Kurang
memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang sesungguhnya
karena anak tidak membuat kalimat.
2.
Memungkinkan
anak atau si penjawab berbuat coba-coba (kira-kira, untung-untungan) dalam
menjawabnya. Untuk menghindari kemungkinan ini, pengetes harus dapat menyusun
tesnya dengan teliti dan baik sehingga tes atau pertanyaan-pertanyaan itu
benar-benar dapat merangsang berpikir anak-anak.
3.
Menyusun
tes ini tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang agak lama.
4.
Kurang
ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak jika dibandingkan dengan
pembuatan essay test.[8]
2.
Tes
subjektif
·
Kelebihannya:
a.
Mudah
disiapkan dan disusun.
b.
Tidak
banyak memberi kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
c.
mendorong
siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat
yang bagus.
d.
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan
caranya sendiri.
e.
Dapat
diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
·
Kekurangannya:
a.
Kadar
validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan
siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b.
Kurang
representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites
karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c.
Cara
memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d.
Pemeriksaannya
lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari
penilai..
e.
Waktu
untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kapada orang lain.[9]
BAB III
KESIMPULAN
LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN TEKNIK TES.
Urutan langkah
yang dilakukan adalah:
a.
menentukan tujuan pengadaan tes.
b.
mengadakan pembatasan terhadap bahan
yang akan diteskan.
c.
merumuskan tujuan instruksional
khusus dari tiap bagain bahan.
d.
Menderetkan semua TIK dalam table
persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu.
e.
Menyusun table spesifikasi yang
memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur beserta imbangan antara kedua
hal tersebut.
f.
Menuliskan butir-butir soal,
didasarka atas TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku
yang dicakup.
BEBERAPA BENTUK SOAL OBJEKTIF.
a.
Tes
objektif bentuk benar-salah (true-false test).
b.
Tes
objektif bentuk menjodohkan (matching test).
c.
Tes
objektif bentuk isian (fill in test).
d.
Tes
objektif bentuk melengkapi (completion test).
e.
Tes
objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice item test).
BEBERAPA BENTUK TES SUBJEKTIF.
2.
Tes
subjektif bentuk uraian (essay test).
a.
Tes
uraian bentuk bebas.
b.
Tes
uraian bentuk terbatas.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES BENTUK OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF.
Tes objektif
Ø Kelebihan:
· Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope
yang luas.
· Bagi yang dites, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin.
· Dapat dinilai secara objektif.
· Memaksa siswa untuk belajar baik-baik.
Ø Kelemahannya:
·
Kurang
memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati.
·
Memungkinkan
anak atau si penjawab berbuat coba-coba.
·
Menyusun
tes ini tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang agak lama.
·
Kurang
ekonomis.
Tes
subjektif
·
Kelebihannya:
a.
Mudah
disiapkan dan disusun.
b.
Tidak
banyak memberi kesempatan untuk berspekulasi.
c.
mendorong
siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
d.
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan
caranya sendiri.
e.
Dapat
diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
·
Kekurangannya:
a.
Kadar
validitas dan realibilitas rendah.
b.
Kurang
representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran.
c.
Cara
memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d.
Pemeriksaannya
lebih sulit.
e.
Waktu
untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kapada orang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta :
Bumi Aksara. 2009.
Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:
PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2009.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009.
[3] Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung
: Remaja Rosdakarya, 2009), 35.
[5] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009), 114-115.
[8] M.
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
(Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009), cet. ke-15, 39.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar