Sabtu, 26 Oktober 2013

TEKNIK TES



BABI
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG.
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauhmana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Dalam  penilaian  proses dan hasil belajar siswa di sekolah, aspek aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal, pengolahan dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal untuk memperoleh kualitas soal yang memadai,serta pemanfaatan data hasil penilaian sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Oleh karena itu, kemampuan para guru mutlak sangat diperlukan untuk membantu suksesnya tujuan pendidikan.
          Dalam mengevaluasi pembelajaran, tidaklah lepas dari syarat syarat yang harus ditempuh dalam kegiatan perencanaan dan penyusunan tes pembelajaran. Tentunya agar ter yang dihasilkan bermutu dan mampu menambah pengetahuan serta mampu memperdalam materi yang telah disampaikan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan kami sajikan syarat daripada perencanaan dan penyusunan tes pembelajaran.

B.  RUMUSAN MASALAH.
1.      Langkah-langkah menyusun teknik tes.
2.      Beberapa bentuk soal objektif.
3.      Beberapa bentuk soal subjektif.
4.      Kelebihan dan kekurangan tes bentuk objektif dan subjektif.
5.      Contoh teknik tes.




BAB II
PEMBAHASAN
A.  PENGERTIAN DAN LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN TEKNIK TES.
Ada beberapa macam rumusan tentang tes. Di dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan, Drs. Amin Daien Indrakusuma mengatakan demikian: “Tes adalah suatu alat untuk prosedur yang sistematis dan objek untuk mengolah data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang dikatakan tepat dan cepat”.
Selanjutnya, di dalam bukunya: Teknik-Teknik Evaluasi, Muchtar Bukhori mengatakan: “Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murud atau kelompok murid”.
Dari kutipan dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.[1]
Tes merupakan alat atau prosedur yang  digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan, misalnya melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban dan sebagainya.[2]
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan pertanyaan yang yang diberikan kepada siswa untuk dijawab siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).[3]
Urutan langkah yang dilakukan adalah:
1.      menentukan tujuan pengadaan tes.
2.      mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
3.      merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagain bahan.
4.      Menderetkan semua TIK dalam table persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu.
5.      Menyusun table spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.
6.      Menuliskan butir-butir soal, didasarka atas TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.

B.  BEBERAPA BENTUK SOAL OBJEKTIF.
Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tes objektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
a.       Tes objektif bentuk benar-salah (true-false test).
Soal-soalnya berupa pertanyaan-pertanyaan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang  salah. Orang yang ditanya bertugas untuk masing-masing pertanyaan itu dengan melingkari huruf B jika pertanyaan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pertanyaanny salah.
Contoh: -B-S. Tes bentuk objektif banyak memberi peluang testee untuk bermain spekulasi.
b.      Tes objektif bentuk menjodohkan (matching test).
Matching test dapat kita ganti dengan istilah memperbandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan, matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masingpertanyaan mempunyai jawabannya yamg tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
Contoh: “pasngkanlah pertanyaan yang ada pada lalur kiri dengan yang ada di lajur kanan dengan cara menempatkan huruf yang terdapat dimuka pertanyaan lajur kiri  pada titik-titik yang disediyakan di lajur kanan.”
a.       Transmigrasi...............
1.      Masuknya penduduk dari negara lain.
b.      Imigrasi......................
2.      Pindahnya penduduk kenegara lain.
c.       Emigrasi.....................
3.      Pindahnya penduduk antar pulau didalam satu negara.[4]

c.       Tes objektif bentuk isian (fill in test).
Tes objektif bentuk fill in (bentuk isian) ini biasanya berbentuk cerita atau karangan.kata-kata penting dalam cerita atau karangan itu berbeda dintaranya dikosongkan (tidak di tanyakan), sedangkan tugas teste adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan itu.
Contoh:
Pengertian pendidikan Islam menurut Syekh Anwar Jundi ialah........... (1); konsep pendidikan islam tersebut diatas mengandung pengertian bahwa pendidikan islam itu berlangsung.............(2), Syekh Anwar Zuhdi selanjutnya merumuskan tujuan pendidikan islam, yaitu............. (3), sedangkan menurut Syekh Dr. ‘Athiyah al-Abrasyi, tujuan pendidikan islam itu adalah............(5)[5].
d.      Tes objektif bentuk melengkapi (completion test).
Tes objektif bentuk completion sering dikenal dengan istilah tes melengkapi atau menyempurnakan, yaitu salah satu jenis tes objektif yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Tes tersebut terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan (sudah dihapuskan).
2.      Bagian-bagian yang dihilangkan tersebut diganti dengan titik-titik (..........).
3.      Titik-titik itu harus di isi atau di lengkapi atau disempurnakan oleh testee, dengan jawaban (yang oleh tester) telah dihilangkan.
Jadi sebenarnya tes objektif bentuk completion ini mirip sekali dengan tes objektif bentuk fill in. Letak perbedaannya ialah, bahwa pada tes objektif bentuk fill in bahan yang diteskan itu merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes objektif bentuk completion tidak harus demikian. Dengan kata lain, pada tes objektif bentuk completionini, butui-butir soal tes dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lainnya.
Contoh:
Isilah titik-titik berikut ini dengan jawaban yang benar dan tepat.
1.      Aliran Jabariyah terkenal dengan pahamnya......................
2.      Lembaga keilmuan terkenal dimasa kerajaan Khalifah al-Makmun bernama............
3.      Buku al- Syifa’ adalah merupakan ensiklopedi tentang..........[6]
e.       Tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice item test).
Multiple choice item test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. atau multiple choice item test terdiri dari atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban dan alternatif (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
Contoh: kambing dapat digolongkan sebagai:
a.       Kata sifat.
b.      Kata bilangan.
c.       Kata benda.
d.      Kata kerja.
Cara menulis soal diatas adalah lebih baik dari pada jika pilihan jawaban disusun kesamping.
C.  BEBERAPA BENTUK TES SUBJEKTIF.
Tes subjektif pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk asai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata yang seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Soal-soal berbentuk asai biayasanya jumlahnya tidak banyak, hanya skitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 s.d 120 menit. Soal-soal berbentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi. Ada dua bentuk tes subjektif:
1.    Tes subjektif bentuk uraian (essay test).
a.    Tes uraian bentuk bebas; adalah jawaban yang dikehendaki muncul dari testee sepenuhnya diserahkan kepada testee itu sendiri. Testee mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan, mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.
Contoh:
Allah telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita yang amat banyak, sehingga kita tak mampu untuk menghitungnya. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita mensyukuru nikmat tersebut kepada Allah SWT. Jelaskan bagaimana cara kita mensyukuri nikmat Allah itu sesuai dengan ajaran Rasululloh!
b.    Tes uraian bentuk terbatas; adalah jawaban yang dikehendaki muncul dari testee adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih terarah (dibatasi).
Contoh:
Dimasa Khulafaur Rasyiddin, tercatat tiga peristiwa peperangan antara kau muslim menghadapi Romawi. Sebutkan dan jelaskan secara singkat tiga peristiwa tersebur![7]
D.  KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES BENTUK OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF.
1.      Tes objektif
a.       Kelebihan:
1.      Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope  yang luas. Pelajaran yang diberikan selama satu tahun atau dua tahun dapat dites sekaligus.
2.      Bagi yang dites, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin (karena adanya jawaban yang tersedia).
3.      Dapat dinilai secara objektif (artinya, siapapun yang menilainya, hasil atau skornya sama karena kunci jawaban telah tersedia).
4.      Memaksa siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat spekulasi terhadap bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus dipelajari.
b.      Kelemahannya:
1.      Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang sesungguhnya karena anak tidak membuat kalimat.
2.      Memungkinkan anak atau si penjawab berbuat coba-coba (kira-kira, untung-untungan) dalam menjawabnya. Untuk menghindari kemungkinan ini, pengetes harus dapat menyusun tesnya dengan teliti dan baik sehingga tes atau pertanyaan-pertanyaan itu benar-benar dapat merangsang berpikir anak-anak.
3.      Menyusun tes ini tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang agak lama.
4.      Kurang ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak jika dibandingkan dengan pembuatan essay test.[8]
2.    Tes subjektif
·         Kelebihannya:
a.       Mudah disiapkan dan disusun.
b.      Tidak banyak memberi kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
c.       mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
d.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e.       Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
·         Kekurangannya:
a.       Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b.      Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c.       Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d.      Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai..
e.       Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kapada orang lain.[9]





BAB III
KESIMPULAN
LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN TEKNIK TES.
Urutan langkah yang dilakukan adalah:
a.              menentukan tujuan pengadaan tes.
b.             mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
c.              merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagain bahan.
d.             Menderetkan semua TIK dalam table persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu.
e.              Menyusun table spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.
f.              Menuliskan butir-butir soal, didasarka atas TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
BEBERAPA BENTUK SOAL OBJEKTIF.
a.       Tes objektif bentuk benar-salah (true-false test).
b.      Tes objektif bentuk menjodohkan (matching test).
c.       Tes objektif bentuk isian (fill in test).
d.      Tes objektif bentuk melengkapi (completion test).
e.       Tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice item test).
BEBERAPA BENTUK TES SUBJEKTIF.
2.    Tes subjektif bentuk uraian (essay test).
a.       Tes uraian bentuk bebas.
b.      Tes uraian bentuk terbatas.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES BENTUK OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF.
Tes objektif
Ø  Kelebihan:
·       Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope  yang luas.
·       Bagi yang dites, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin.
·       Dapat dinilai secara objektif.
·       Memaksa siswa untuk belajar baik-baik.
Ø  Kelemahannya:
·      Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati.
·      Memungkinkan anak atau si penjawab berbuat coba-coba.
·      Menyusun tes ini tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang agak lama.
·      Kurang ekonomis.
Tes subjektif
·         Kelebihannya:
a.       Mudah disiapkan dan disusun.
b.      Tidak banyak memberi kesempatan untuk berspekulasi.
c.       mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
d.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e.       Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
·         Kekurangannya:
a.       Kadar validitas dan realibilitas rendah.
b.      Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran.
c.       Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d.      Pemeriksaannya lebih sulit.
e.       Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kapada orang lain.








                                                                DAFTAR PUSTAKA     
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara. 2009.
Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009.


[1] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara. 2009), 32-35.
[2] Ibid,52.                                                            
[3] Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), 35.
[4] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara. 2009), 165-173.
[5] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009), 114-115.
[6] Ibid, 116-117.   
[7] Ibid, 100-101.
[8] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009), cet. ke-15, 39.
[9] Suharsimi Arikunto, 163-165.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar